SMA Unggulan CT Arsa Sukoharjo kembali mencetak kebanggaan. Salah satu lulusan terbaiknya, Dafa Aziz Firmansyah, berhasil mengukir prestasi luar biasa. Remaja asal Cilacap, Jawa Tengah itu diterima di 14 universitas ternama luar negeri.
Dafa tumbuh di keluarga sederhana sebagai anak bungsu dari enam bersaudara. Kedua orang tuanya sehari-hari bekerja sebagai petani. Meskipun begitu, kondisi ekonomi tak pernah memadamkan semangatnya untuk belajar setinggi mungkin.
“Saya satu-satunya anak dari enam bersaudara yang akan melanjutkan kuliah di keluarga saya,” ujar Dafa usai menghadiri acara pelepasan Angkatan V SMA Unggulan CT Arsa Sukoharjo, Sabtu (28/6).
Setelah lulus dari SMP Negeri 1 Cipari, Cilacap, ia memutuskan mendaftar ke SMA Unggulan CT Arsa. Keputusan itu muncul saat dirinya menghadiri sosialisasi sekolah. Dukungan sang ibu, Suarti, menjadi penyemangat utama agar ia tak berhenti mengejar mimpi.
“Ibu bilang kalau Dafa ini anak terakhir dan Dafa harus kuliah. Ibu pun mau mengusahakan apapun untuk Dafa agar bisa kuliah,” ungkapnya.
Ketika pertama kali menjejakkan kaki di SMA Unggulan CT Arsa, Dafa Aziz sempat merasa terkejut dengan atmosfer akademik yang jauh lebih kompetitif dibanding sekolah sebelumnya. Namun, persaingan itu justru memantik tekadnya. Ia semakin giat belajar demi mengejar prestasi teman-temannya.
“Di SMA CT Arsa lingkungannya sangat mendukung untuk berkompetisi karena teman-temannya rajin belajar, sehingga membuat saya terdorong dan semangat belajar,” kata Dafa.
Dalam momen pelepasan, Dafa berfoto bersama ibunya, Suarti, serta Ketua Yayasan CT Arsa, Anita Ratnasari Tanjung. Wajah mereka tampak sumringah melihat buah perjuangan selama tiga tahun terakhir.
Setelah menuntaskan pendidikan SMA, Dafa Aziz mendaftarkan diri ke 17 universitas luar negeri melalui skema Beasiswa Indonesia Maju. Hasilnya, 14 kampus menyatakan menerima dirinya.
Selain itu, empat universitas di Amerika Serikat pun menerimanya:
Ia juga diterima di Wageningen University dan Research di Belanda (Food Technology dan Environmental Sciences) serta Nanyang Technological University, Singapura (Data Science & Artificial Intelligence).
Meski banyak pilihan, Dafa akhirnya menetapkan hati ke Australia.
“Saya memilih University of Sydney jurusan Advanced Computing,” jelasnya.
Ia meyakini, kondisi keuangan bukanlah alasan untuk menyerah pada mimpi.
“Memang banyak orang berpikir masalah finansial itu menjadi kendala utama untuk menjalani pendidikan. Tapi menurut saya itu bukan sesuatu yang harus dikhawatirkan,” tegasnya.
Di tengah ketatnya persaingan global, Dafa tidak pernah gentar. Ia percaya, keberhasilan datang dari kekuatan mengatasi keraguan dalam diri sendiri.
Bagi Dafa, perjuangan belum selesai. Ia bertekad terus belajar dan membanggakan keluarga, sekolah, serta Indonesia.
Temukan artikel menarik lainnya di sudutinfo untuk cari tahu berita lainnya.
Perjuangan Dafa juga menunjukkan pentingnya peran keluarga dalam mendukung pendidikan anak. Meski hanya mengandalkan penghasilan sebagai petani, orang tua Dafa tak pernah berhenti mendorong semangat belajarnya. Dorongan moral dan doa dari ibunya yang membuat Dafa tak mudah menyerah, meskipun tantangan datang silih berganti.
Selain itu, lingkungan sekolah yang positif turut membentuk mental juara dalam diri Dafa. Kehidupan asrama yang disiplin dan suasana belajar yang kompetitif di SMA Unggulan CT Arsa Sukoharjo membuatnya terbiasa bekerja keras. Ia belajar menghargai proses, mengelola waktu, dan terus meningkatkan kemampuan akademis agar bisa bersaing di tingkat internasional.
Kini, langkah Dafa menuju University of Sydney bukan hanya membawa kebanggaan bagi keluarganya, tetapi juga mengharumkan nama sekolah dan daerah asalnya. Ia membuktikan bahwa asal-usul bukan ukuran keberhasilan. Keberanian bermimpi dan kegigihan dalam belajar adalah kunci untuk membuka peluang yang lebih luas di masa depan.
Untuk cari tahu berita terbaru lainnya kamu bisa cek di sobatkabar dan temukan berbagai artikel menarik lainnya.